Review Film First Cow

Review Film First Cow – Sama seperti film-film A24 sebelumnya, First Cow berhasil menjadi salah satu film dengan cerita dan sinematografi yang unik tahun ini. “The First Cow” disutradarai oleh Kelly Reichardt, yang berhasil mengadaptasi novel “Half a Life” karya Jonathan Raymond menjadi film yang sangat indah.

Review Film First Cow

 Baca Juga : Review dan Sorotan Film Sound of Metal 2020

ukhotmovies – First Cow bercerita tentang dua sahabat yang berjuang untuk hidup mereka di sebuah wilayah Wilayah Oregon di Amerika Serikat. Ditetapkan pada tahun 1820, film ini membawa nuansa kuno ke semua aspek cerita. Penonton diajak untuk merasakan kerasnya kehidupan di masa lalu sambil menikmati pemandangan yang indah.

Film yang Tidak Membosankan, Walaupun Berjalan Lambat

Seseorang wanita belia serta anjing peliharaannya diseleksi buat membuka film ini. Wanita belia itu padat jadwal dengan berbagai macam tumbuhan hutan yang lagi beliau cabuti. Sang anjing piaraan padat jadwal menggali suatu lubang di tepi suatu bengawan. Penasaran dengan apa yang ditemui oleh anjing peliharaannya, sang wanita belia turut menggali. Tidak diduga, beliau menciptakan 2 kerangka orang yang sedang komplit.

Terlihat scene awal itu didapat dengan kerangka durasi di era depan sebab seketika film bergulir ke suatu hutan yang bermuatan para pengembara berpakaian kuno. Kontras dengan para pengembara kuno yang terkesan barbar, seseorang laki- laki dengan busana komplit serta bertabiat pendiam lagi padat jadwal memilah- milih jamur yang berkembang di hutan itu.

Para pengembara memanggilnya‘ Cookie’ sebab nyatanya Cookie( John Magaro) merupakan seseorang chef yang disewa oleh para pengembara buat memenuhi keinginan pangan mereka. Otis Figowitz merupakan julukan komplit Cookie serta beliau berawal dari Maryland. Bertugas dengan para pengembara barbar beliau jalani untuk memperoleh pemasukan.

Pada sesuatu malam, beliau tidak terencana berjumpa dengan seseorang imigran berkebangsaan Tionghoa. Tanpa mengenakan sehelai benangpun, imigran itu memberitahukan diri selaku King- Lu( Orion Lee). Beliau lagi berupaya angkat kaki dari buruan banyak orang Rusia. Sehabis berlari dengan jarak yang amat jauh, King- Lu keletihan serta kelaparan. Dengan kelembutan hatinya, Cookie membagikan selimut buat King- Lu serta memberikannya tempat buat istirahat.

Sehabis berakhir dengan era tugasnya, Cookie kesimpulannya dapat terbebas dari para pengembara. Beliau menempuh hidupnya yang lebih leluasa saat ini. Suatu pasar di pusat kota jadi tempat untuk Cookie buat mencari peluang kegiatan yang lain. Imigran yang beliau temui malam itu seketika lenyap keesokan harinya. Cookie tidak sempat berjumpa dengannya lagi.

Tanpa diduga, suatu kafe kecil mempertemukan Cookie kembali dengan King- Lu. Berlainan dengan pertemuan mereka yang awal, kali ini King- Lu nampak apik dengan busana yang komplit. Pertemuan keduanya ialah dini dari cerita pertemanan mereka.

Kafe penuh dengan para masyarakat yang membahas mengenai kehadiran seekor lembu di Oregon Territory. Lembu awal yang tiba ke area itu dibawa oleh seseorang adiwangsa dari Inggris yang dinamai selaku Chie Factor( Toby Jones). Kehadiran lembu awal itu sekalian mendatangkan ilham bidang usaha terkini untuk Cookie serta King- Lu, ialah bidang usaha kuliner.

First Cow ialah suatu film yang lelet. Jalur narasi serta sebagian segmen dalam film ini berjalan dengan amat ayal. Bisa jadi untuk penggemar film dengan jalur narasi yang kilat serta penuh kelakuan, film ini nyatanya hendak menjenuhkan. Tetapi, jalur narasi yang lelet nyatanya sanggup membuat pemirsa karam dalam ceritanya.

 Baca Juga : Film Bergenre Thriller Asal Amerika Yang Terinspirasi Dari Cerita Rakyat 

Sebuah Film yang Memanjakan Mata dan Menghangatkan Hati

Satu perihal yang istimewa serta memperoleh atensi pemirsa merupakan perbandingan screen dalam film ini. Seakan hendak disiarkan dalam suatu tv botol, perbandingan kotak diseleksi buat membagikan opini kuno. Dengan kerangka tempat Amerika di era kemudian yang dipadati oleh banyak pepohonan ditambah dengan penentuan warm tone, film ini sukses memanjakan mata para pemirsa.

Mutu akting John Magaro serta Orion Lee memanglah layak diacungi jempol, tetapi penampilan Cristophen Blauvelt selaku sinematografer pula butuh diserahkan standing applause. Pergerakan kamera dengan kerangka yang bagus, ditambah perbandingan serta warm tone- nya, membuat First Cow mementingkan bidang visual yang amat menawan.

Salah satu segmen yang sangat diketahui merupakan kala seekor lembu awewe dibawa di atas rakit kusen serta menyebarangi bengawan mengarah Oregon Territory. Seseorang wanita Indian memandang kehadiran lembu itu, seakan beliau memandang seekor lembu buat awal kalinya.

Bidang visual yang bagus bisa jadi tidak terdapat apa – apanya bila tidak dibantu oleh dokumen narasi yang menarik. First Cow sukses menjauhi perihal itu dengan menyuguhkan narasi yang tidak takluk indahnya. Dengan cara totalitas, film ini menggambarkan tekad keberhasilan yang disampul oleh cerita pertemanan.

King- Lu yang bercita- cita memperoleh harta paling – paling berjumpa dengan Cookie yang bercita- cita buat membuat suatu gerai roti ataupun penginapan di San Fransisco. Tekad itu menuntut mereka berdua buat bertugas serupa dalam menggapai keberhasilan, sayangnya melalui metode yang kurang baik.

Bidang visual serta jalur narasi yang bersama mempesona membuat film ini amat pantas buat dinikmati, tetapi tidak buat seluruh audiens. Alurnya yang lelet bisa jadi hendak terasa menjenuhkan untuk sebagian pemirsa. Buat penggemar film beralur bebas dengan bidang visual yang bagus, First Cow amat dianjurkan buat ditonton.