Review Film – Srimulat: The Impossible Hil

Review Film – Srimulat: The Impossible Hil – Dari pertunjukan panggung sederhana di sudut Kota Solo, nama Srimulat lambat laun mulai dikenal masyarakat, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pertunjukan komedi Srimulat akhirnya menjadi hiburan utama dan menarik di beberapa kota negara. Sampai kesempatan yang sempurna akhirnya muncul dengan sendirinya. Ketika dipanggil untuk tampil di hadapan presiden, programnya ditayangkan di televisi nasional.

Review Film – Srimulat: The Impossible Hil

ukhotmovies – Srimulat adalah grup komedi paling menakjubkan di Indonesia. Grup ini telah menghasilkan nama-nama besar komedian terlucu di Indonesia. Nah, untuk meringkas perjalanan rombongan komedi tersebut, film berjudul Srimulat: Hil the Mustahal dirilis disutradarai oleh Fajar Nugros. Ini akan tersedia di bioskop mulai 19 Mei 2022.

Komedi berlanjut, cerita tidak boleh diurusi

Siapa yang tidak suka komedi? Lelucon kadang kala untuk mengocok perut dan menghilangkan penat dari kesibukan. Itulah yang coba dilakukan oleh ‘Srimulat: The Impossible Hill’. Komedi tiada henti. Selama kurang lebih dua jam, film ini diisi dengan komedi Srimulat.

Baca Juga : Black Window Review

Komedi-komedi khas seperti pura-pura tidak punya kaki, menelan kaca mata terus-menerus, orang-orang duduk terus, dan lelucon lain yang mungkin merupakan logo Srimulat.Terlibat dalam komedi, film ini tidak memiliki cerita yang kuat. Tidak jelas apa yang ingin disampaikan oleh ‘Srimulat: The Impossible Hill’. Apakah Anda ingin menginformasikan tentang perjalanan Gepeng untuk berubah menjadi “pengubah rekreasi” di Srimulat, yang mulai digembirakan karena tidak lucu? Atau ingin menceritakan awal mulai berjalanan Srimulat di ibu kota metropolis? Semua itu bercampur menjadi satu hal yang berantakan.

Film ini tidak menghadirkan pengenalan yang apik terhadap grup komedi legendaris ini. Jika dimaksudkan sebagai jembatan bagi Teknologi Z untuk mengetahui lebih banyak tentang Srimulat, ‘Srimulat: Hil Yang Mustahal’ jelas gagal mengambil tindakan. Tidak ada potongan cerita latar belakang karakter. Hanya latar belakang Gepeng yang dibicarakan sedikit.Nyatanya, sesampainya Srimulat di Jakarta, tidak ada tantangan atau hambatan yang seharusnya berubah menjadi film battle.

Pada kenyataannya, jika saja film ini bisa lebih melunak pada kesulitan berbicara dan celaan yang mereka dapatkan dari penduduk ibu kota, ‘Srimulat: Hil Yang Mustahal’ dapat menarik simpati ekstra dari penonton dengan adegan emosionalnya.Berkaitan dengan leluconnya, ia menhasilkan buat tertawa di berapa adegan, namun semuanya dieksekusi dengan metode yang monoton dan berulang. ‘Srimulat: Hil Yang Impossible’ tidak akan peduli jika penonton akhirnya tidak tertarik dengan lelucon yang terus datang.

Hanya satu jempol untuk para gamer

Jika saja ‘Srimulat: Hil Yang Mustahal’ bisa menampilkan adegan palsunya selain humor, tentu dua jempol bisa diberikan kepada yang palsu. Pasalnya, para gamer di film ini berhasil menunjukkan performa yang mengejutkan.Mereka menghidupkan tokoh-tokoh Srimulat dengan wajah yang sangat ekspresif dan tingkah laku mereka berhasil mengundang gelak tawa.

Namun, dengan frekuensi yang berulang-ulang, rasanya sulit untuk terus terbawa oleh lelucon-lelucon yang ditawarkan film ini.Selain itu, tidak ada ikatan yang coba dibangun oleh pembuat film agar penonton benar-benar merasakan perjuangan dan usaha Srimulat di ibu kota.

Setidaknya, karakter utama dalam ‘Srimulat: Hil Yang Mustahil’ memiliki porsi yang cukup banyak. Semuanya diberi jatah yang pas agar penonton bisa melihat kekonyolan setiap aktor.

Selain Bio One yang mencolok sebagai Gepeng dan Teuku Rifnu yang siap menampilkan manajemennya secara benar sebagai Asmuni, ada Erika Carlina yang berhasil melakukan peran keibuan sebagai Djudjuk.Jika fungsi Erika bisa dijadikan sebagai informasi bagi para Gepeng muda, akan sangat menarik dan berpotensi berubah menjadi “pencuri masa kini”.

Sekitar awal 80-an

Simulasi: The Impossible Hil` memiliki keunggulan teknis. Film ini biasanya semacam kilas balik bagi penonton yang pernah mencintai kota besar di awal 1980-an. Meski tidak menyeluruh, hasil jepretan kamera digital lihai menangkap sudut-sudut bernuansa jalanan Jakarta dalam beberapa adegan. Anggota Srimulat klasik yang kental juga terlihat sangat kompak.

Interaksi mereka sangat cair dan sangat mirip rumah sungguhan. Chemistry mereka seimbang, tanpa kecanggungan yang terlihat. Nilai tambah yang layak untuk dievaluasi. Musik yang selalu mengiringi banyak adegan dalam film ini berperan dalam membantu pemain untuk bersatu.

Kesimpulan

‘Srimulat: Hil Yang Mustahal’ cocok untuk banyak orang yang tumbuh bersama grup komedi legendaris ini. Ada banyak sekali isu yang mungkin bisa disampaikan kembali kepada pemirsa hingga saat ini. Mulai dari lelucon sehari-hari, dan lain-lain.

Teknologi z juga dapat menggunakan film ini sebagai referensi untuk melihat berbagai pengungkapan Srimulat yang telah diluncurkan sejak lama.Meski demikian, ‘Srimulat: Hil Yang Mustahal’ bukanlah film yang pantas untuk mengetahui seluk beluk dan sejarah masa lalu grup komedi ini. Lebih baik mencari berbagai sumber yang secara jelas menyajikan materi lengkap perjalanan dan kemajuan Srimulat.